SAHABAT
Oleh : Sukahar Ahmad Syafi’i
{ Masuk dalam Karya Antologi Arti Sebuah Perpisahan book 2 in Cafe Book (CB) }

“ Kayaknya kita harus berubah bro” Suara Andi tiba-tiba memecah keheningan yang menyelimuti diriku
“ Apanya yang harus berubah ? “ tanyaku seolah merespon perkataan Andi
“ Mengakhiri prilaku buruk kita selama ini, dan ini udah gak bener bro”
“ Gue gak paham maksud lu ”
“ Detik ini juga harus kita akhirin, semua prilaku kehewanan kita, saat ini kita berada dijalur yang salah bro, ayolah kita merubah jalan hidup kita”
Percakapanku dan Andi itulah yang masih tersimpan dalam memoriku yang mungkin sudah tidak original ini. Semenjak kecelakaan satu minggu yang lalu, dokter memvonis bahwa aku terkena gegar otak ringan, sehingga ada beberapa hal yang mungkin sudah tidak bisa diingat lagi. Bahkan sempat juga aku lupa namaku sendiri, adik, kakak, ayah dan juga mama.
“ Ingat bro, kita udah kelas 3, bentar lagi UAN, apa kamu mau di DO sebelum UAN gara-gara perbuatan yang konyol ini” tanya Andi resah
“ haha… kayaknya hari ini lu sewot amat Ndi, rileks aja lah bro, kita cuma minum-minum sama goda-godain cewek, dinikmatin aja” jawabku enteng seraya menyodorkan sebatang rokok pada Andi
Putus…, aku sudah tak ingat lagi lanjutan percakapnku dengan Andi. Sekuat apapun aku mencoba untuk mengingat kembali, hasilnya Nihil, kosong… tak ada lagi lanjutan percakapan tersebut.
*             *             *
“ Viki, gimana keadaan kamu sekarang, Viki kenapa kamu diam saja, kami di sini datang untuk melihatmu, ayo dong bicara, kamu bisa mendengar kami kan..?”
Kucoba mencari darimanakah suara itu berasal. Ku tolehkan pandanganku ke kanan, kiri, belakang, depan, atas, bawah. Nihil.. semua nampak kosong dan gelap
“Apa yang terjadi dengan diriku, dimana aku, kenapa jadi seperti ini” semua pertanyaan tersebut menggelayuti pikiranku.
“ Vik, Viki lu bisa denger gua” Iya..iya gue bisa denger, Lu Andi kan, eh gimana kabar lu Ndi ?” tenang bro, gue udah tenang di sini, lu yang tenang juga ya, gak usah mikirin gue”
Hilang…, lagi-lagi aku merasa ada yang hilang, padahal aku sangat yakin sedang bercakap-cakap dengan temanku Andi.
*             *             *
“ Kamu baik-baik saja kan Vik, tadi temenmu pada ke sini loh” suara mama tiba-tiba memecah kebingunganku
“ Andi…, Andi ya Ma..?”
“ Siapa Ma, Andi kan Ma..?”
“ hik..hik, bu..bukan Vik, bukan…” jawab mama disertai isak tangisnya
“ Lalu dimana Andi ma, dimana..?” tanyaku agak parau
“ Sudah Viki, sudah…?”
“ maksudnya sudah apa Ma, ayo katakan, ada apa dengan Andi ma…?”
“ Dia sudah tenang di alam sana Vik”
“ Jangan katakan kalau dia sudah….”
“ Iya Vik, yang tabah ya” jawab mama seraya memelukku.
Seketika itu, isak tangisku pecah, tumpah ruah dipelukan mama, tubuhku seakan-akan tak mampu digerakkan, mulutku tak dapat lagi berkata-kata. Perpisahan ini lebih menyakitkan ketimbang derita gegar otak dan kebutaan yang aku alami saat ini. “ Maaf brother, aku ini terlalu egois, aku tidak pernah peduli terhadap apa yang kau inginkan, tapi aku juga tidak pernah tau kalau ini akan terjadi, tetaplah jadi sahabatku untuk selamanya, sampai ketemu lagi sobat, semoga kau tenang di alam sana” lirihku dalam hati.


BIODATA NARASI

Sukahar Ahmad Syafi’i, lahir di Pati pada 05 Agustus 1990. Mulai tertarik di dunia tulis menulis sejak kelas 2 SMP, salah satu cerpennya yang pernah dimuat di majalah kuntum dengan judul inilah cinta, Rumah Istimewa, dll. cowok yang suka nonton film Anime jepang ini juga aktif di dunia penulisan ilmiah, salah karya ilmiahnya adalah deskripsi hadis tentang lingkungan yang pernah dimuat di majalah Suara Muhammadiyah no. 18 tahun 2013. Kritik dan saran bisa melalui akun facebook Ahmed Syafi’i atau ponsel 085729401762

0 komentar:

Posting Komentar